

Ada kemungkinan bahwa letusan ini memicu terjadinya Zaman Es Kecil yang berlangsung selama berabad-abad. Hal ini menyebabkan pendinginan lapisan atmosfer selama beberapa tahun hingga menyebabkan kegagalan panen dan kelaparan di Eropa serta belahan bumi lainnya, meskipun tingkat keparahan anomali temperatur beserta dampaknya masih diperdebatkan. Semburan aerosol yang dihasilkan oleh letusan ini memenuhi udara dan mengurangi radiasi matahari yang menggapai permukaan bumi. Aktivitas kegunungapian pada masa berikutnya menciptakan lebih banyak pusat-pusat vulkanis di dalam kaldera tersebut, termasuk Puncak Barujari, yang masih aktif hingga sekarang. Letusan ini menyisakan sebuah kaldera besar yang kini berisi Danau Segara Anak. Kejadian ini terekam di dalam naskah lontar Babad Lombok. Total material abu dan bebatuan yang dimuntahkan dalam letusan ini mencapai lebih dari 10 kilometer kubik (2,4 cu mi). Jejak abu dari letusan ini terdeteksi hingga sejauh 340 kilometer (210 mi) di Pulau Jawa. Aliran piroklastik ini menghancurkan pemukiman-pemukiman penduduk, termasuk Pamatan, yang kala itu menjadi ibu kota sebuah kerajaan di Lombok. Sebagian material piroklastik bahkan mencapai Pulau Sumbawa di seberang.

Letusan ini menghasilkan kolom erupsi setinggi puluhan kilometer ke atmosfer serta aliran piroklastik yang mengubur hampir seluruh Pulau Lombok. Letusan ini diperkirakan mencapai skala 7 dalam Volcanic Explosivity Index, menjadikannya salah satu letusan gunung berapi terbesar pada masa Holosen. Gunung Samalas meletus pada tahun 1257 M di Lombok, Indonesia. Lokasi kompleks kaldera gunung berapi Samalas di utara Lombok
